Tags Content

Thursday, August 13, 2015

DIKSI


Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Jenis-Jenis Diksi :
A. Berdasarkan Makna

  1. Makna Denotatif.
    Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makana denotatif berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua, relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Contoh : Bunga Melati
  2. Makna Konotatif.
    Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya.
    Contoh : Bunga Bank
  3. Makna Umum & Khusus
    Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
    Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
    Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
    Contohnya :
    Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair  atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

B. Berdasarkan Leksikal

  1. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
  2. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
  3. Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda.
    Contoh : kata Bulan.
    Bulan(dalam kalender), Bulan(nama satelit)
    -Pada bulan Desember akan di adakan semester.
    -Malam ini bulan bersinar dengan indah.

  4. Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama. Contoh :
    Rok(pakaian), Rock(aliran music)
    -Saya sangat suka music rock.
    -Ayu memakai rok ke kampus.
  5. Homograf adalah suatu kata yang memiliki  makna dan lafal yang berbeda, namun ejaannya sama. Contoh : Kata Serang.
    Serang(nama kota), Serang(perang)
    -Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
    -Pasukan itu di serang oleh musuhnya.
  6. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
  7. Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
  8. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata-kata hipernim. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
    Contoh Hiperim dan Hiponim :
    HIPERNIM:Setan
    HIPONIM: Tuyul, kuntilanak, pocong, sundel bolng, dsb.
    HIPERNIM: Buah
    HIPONIM: Mangga, apel. anggur, jambu, jeruk, dsb.


C. Perubahan Makna

  1. Menyempit/spesialisasi
    Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
    Contoh :
    Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
  2. Meluas/generalisasi
    Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
    Contoh :
    Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
  3. Amelioratif
    Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
    Contoh :
    Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
  4. Peyoratif
    Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
    Contoh :
    Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
  5. Asosiasi
    Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
    Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar.
  6. Sinestesia
    Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
    Contoh:
    Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment