Tags Content

Thursday, August 13, 2015

Kurangnya Minat Baca Anak Pada Era Globalisasi


Kita ketahui bersama, membaca adalah jendela dunia, karena dengan membaca maka manusia dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahuinya. Kemampuan dan minat dalam membaca akan mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin banyak membaca dapat dipastikan seseorang akan semakin banyak tahu dan banyak bisa, artinya banyaknya pengetahuan seseorang akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak dikuasainya, sehingga seseorang yang banyak membaca memiliki kualitas yang lebih dari orang yang sedikit membaca. Membaca pada era globalisasi informasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seseorang. Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan.


Dalam membaca, diperlukan adanya minat untuk membaca, jika tidak ada minat tentu akan malas untuk membaca. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan dan rasa pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhi (Djaali dalam Rohmah, 2004:16). Minat merupakan faktor yang sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Meskipun motivasinya sangat kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca. Kata minat berhubungan erat dengan kebiasaan. Minat dan kebiasaan adalah dua pengertian yang berbeda namun berkaitan.

Kurangnya minat baca terkhusus pada kalangan remaja, dikarenakan tidak adanya minat dalam diri mereka untuk membaca. Rendahnya kemampuan membaca dan memahami isi bacaan, diduga disebabkan antara lain oleh kurangnya minat baca siswa. Sehubungan dengan hal itu, Sugiharti (1997:39) menyatakan bahwa minat baca anak Indonesia tergolong paling rendah didunia. Diperkirakan hanya sekitar 10% anak Indonesia yang tergolong kelompok gemar membaca. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa di Indonesia terkhususnya pada usia anak hingga remaja masih kurang adanya minat dalam membaca.

Pada era globalisasi saat ini, bagi para remaja, membaca bukanlah sesuatu yang asyik untuk dilakukan, malah menjadi sesuatu yang dianggap membosankan. Karena pada zaman yang serba instan ini, segala sesuatunya bisa didapatkan secara instan, tidak perlu lagi dengan membaca. Sebagai salah satu contohnya, dapat kita lihat pada seorang murid yang sedang mengerjakan tugas, dan mencari bahan atau jawabannya langsung dari internet yang serba instan, dan ia tidak perlu lagi membaca buku untuk mencari jawaban. Karena hal yang serba instan inilah, minat membaca pada anak perlahan lahan mulai memudar.

Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya minat baca sangat besar. Penyebab lain rendahnya minat baca, yaitu kurang lengkapnya sarana pembelajaran dan budaya membaca. Untuk membaca buku saja siswa harus membeli buku karena kurang lengkapnya koleksi buku-buku di perpustakaan sekolah. Selain itu pula, BPS (2008) menyatakan bahwa “fakta menunjukkan Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi, mereka lebih memilih TV dan mendengarkan radio yang kenaikannya hampir 211,1 persen”. BPS (2006) menyatakan bahwa “masyarakat Indonesia yang memilih membaca untuk mendapatkan informasi baru 23,5 persen dari total penduduk,sedangkan yang memilih menonton TV untuk mendapatkan informasi sebanyak 85,9 % dan radio 40,3 %”. Hal yang dikemukakan BPS tersebut juga menjadi salah satu bukti dari penyebab rendahnya minat baca pada anak.

Sudah sangat jelas, dari statistika diatas, karena kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini dapat mempengaruhi minat baca seseorang. Sangat disayangkan karena sedikitnya antusias masyarakat Indonesia untuk membaca dan lebih memilih dengan menggunakan media lain untuk mengetahui informasi. Hal tersebut menyebabkan dampak yang kurang baik bagi mutu pendidikan di Indonesia padahal membaca merupakan kunci seseorang untuk menuju kesuksesan di kemudian hari. Seperti halnya siswa, jika siswa tersebut tidak menyukai kebiasaan membaca atau sangat rendah minat bacanya maka akan memyebabkan prestasi siswa tersebut juga kurang baik. Apabila para siswa tidak suka membaca maka pengetahuan mereka juga akan sempit dan tidak akan pernah bisa berkembang, yang mereka ketahui hanya terbatas (sedikit). Hal inilah yang menyebabkan prestasi siswa menjadi kurang baik.

Oleh karena itu, ada berbagai cara untuk memperbaiki kurangnya minat baca anak pada era globalisasi ini. Orangtua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Kebiasaan membaca sebaiknya ditanamkan oleh orangtua pada anak sedini mungkin. Apalagi bagi anak-anak yang menginjak usia kecil hingga remaja. Karena pada saat usia inilah merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Apabila dalam masa ini anak ditanamkan pentingnya kegiatan membaca, kemungkinan anak tersebut akan memiliki minat membaca yang tinggi. Kemudian fasilitas yang memadai juga menjadi salah satu faktor dalam mengantisipasi minat membaca anak, seperti perpustakaan yang menyediakan banyak buka, dan lain sebagainya. Dari hal tersebut dapat menjadi suatu cara untuk menanamkan kebiasaan kegiatan membaca agar anak terbiasa menganggap bahwa kegiatan membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

1 comment:

  1. Casino Online - WooriCasinos.info
    The site is 사설 토토 계좌 협박 fully optimized for the iGaming market and includes a 실시간 배팅 large bet365 variety of casino games. This casino has been designed 슬롯 나라 to be used by professionals and 188 벳

    ReplyDelete